Senin, 29 Desember 2014

Setiap Muslim adalah Saudara

Abu Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Jangan saling menghasud, saling menipu, saling membenci, saling membelakangi, dan jangan membeli barang yang telah dibeli orang lain. Jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain. Karena itu, tidak mendhaliminya, tidak menelantarkannya, tidak membohonginya, dan tidak melecehkannya. Takwa itu di sini, [sambil menunjuk dadanya tiga kali]. Cukuplah seseorang dikategorikan jahat jika dia menghina saudaranya sesama muslim. Darah, harta, dan kehormatan setiap muslim adalah suci terpelihara.” (HR Muslim)

diambil dari facebook: https://www.facebook.com/InfoKNRP?fref=nf

(disalin, tanpa pengutipan)

Jangan Menghina dan Meremehkan Orang Lain


Jangan Menghina dan Meremehkan Orang Lain

Ada beberapa wasiat yang disampaikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Jurayy Jabir bin Sulaim. Wasiat yang pertama kita ulas adalah jangan sampai menghina dan meremehkan orang lain. Boleh jadi yang diremehkan lebih mulia dari kita di sisi Allah.

Abu Jurayy Jabir bin Sulaim, ia berkata, “Aku melihat seorang laki-laki yang perkataannya ditaati orang. Setiap kali ia berkata, pasti diikuti oleh mereka. Aku bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Aku berkata, “‘Alaikas salaam (bagimu keselamatan), wahai Rasulullah (ia mengulangnya dua kali).” Beliau lalu berkata, “Janganlah engkau mengucapkan ‘alaikas salaam (bagimu keselamatan) karena salam seperti itu adalah penghormatan kepada orang mati. Yang baik diucapkan adalah assalamu ‘alaik (semoga keselamatan bagimu.”

Abu Jurayy bertanya, “Apakah engkau adalah utusan Allah?” Beliau menjawab, “Aku adalah utusan Allah yang apabila engkau ditimpa malapetaka, lalu engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menghilangkan kesulitan darimu. Apabila engkau ditimpa kekeringan selama satu tahun, lantas engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan untukmu. Dan apabila engkau berada di suatu tempat yang gersang lalu untamu hilang, kemudian engkau berdoa kepada Allah, maka Dia akan mengembalikan unta tersebut untukmu.”

Abu Jurayy berkata lagi kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berilah wasiat kepadaku.”

Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,

لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا

“Janganlah engkau menghina seorang pun.” Abu Jurayy berkata, “Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, maupun seekor domba.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,

وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ

“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan.

Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau bisa menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.

Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Al Hafizh Ibnu Hajar menyatakan bahwa hadits ini shahih).

Di antara wasiat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits di atas adalah janganlah menghina orang lain. Setelah Rasul menyampaikan wasiat ini, Jabir bin Sulaim pun tidak pernah menghina seorang pun sampai pun pada seorang budak dan seekor hewan.

Dalam surat Al Hujurat, Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk dalam berakhlak yang baik,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11)

Ibnu Katsir rahimahullah berkata bahwa ayat di atas berisi larangan melecehkan dan meremehkan orang lain. Dan sifat melecehkan dan meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim no. 91). Yang dimaksud di sini adalah meremehkan dan menganggapnya kerdil. Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih mulia di sisi Allah seperti yang disebutkan dalam ayat di atas.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 713).

Ingatlah orang jadi mulia di sisi Allah dengan ilmu dan takwa. Jangan sampai orang lain diremehkan dan dipandang hina. Allah Ta’ala berfirman,

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11)

Seorang mantan budak pun bisa jadi mulia dari yang lain lantaran ilmu. Coba perhatikan kisah seorang bekas budak berikut ini.

أَنَّ نَافِعَ بْنَ عَبْدِ الْحَارِثِ لَقِىَ عُمَرَ بِعُسْفَانَ وَكَانَ عُمَرُ يَسْتَعْمِلُهُ عَلَى مَكَّةَ فَقَالَ مَنِ اسْتَعْمَلْتَ عَلَى أَهْلِ الْوَادِى فَقَالَ ابْنَ أَبْزَى. قَالَ وَمَنِ ابْنُ أَبْزَى قَالَ مَوْلًى مِنْ مَوَالِينَا. قَالَ فَاسْتَخْلَفْتَ عَلَيْهِمْ مَوْلًى قَالَ إِنَّهُ قَارِئٌ لِكِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَإِنَّهُ عَالِمٌ بِالْفَرَائِضِ. قَالَ عُمَرُ أَمَا إِنَّ نَبِيَّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- قَدْ قَالَ « إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِ أَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِينَ »

Dari Nafi’ bin ‘Abdil Harits, ia pernah bertemu dengan ‘Umar di ‘Usfaan. ‘Umar memerintahkan Nafi’ untuk mengurus Makkah. Umar pun bertanya, “Siapakah yang mengurus penduduk Al Wadi?” “Ibnu Abza”, jawab Nafi’. Umar balik bertanya, “Siapakah Ibnu Abza?” “Ia adalah salah seorang bekas budak dari budak-budak kami”, jawab Nafi’. Umar pun berkata, “Kenapa bisa kalian menyuruh bekas budak untuk mengurus seperti itu?” Nafi’ menjawab, “Ia adalah seorang yang paham Kitabullah. Ia pun paham ilmu faroidh (hukum waris).” ‘Umar pun berkata bahwa sesungguhnya Nabi kalian -shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah bersabda, “Sesungguhnya suatu kaum bisa dimuliakan oleh Allah lantaran kitab ini, sebaliknya bisa dihinakan pula karenanya.” (HR. Muslim no. 817).

Baca selengkapnya di website kami Rumaysho.Com >>http://rumaysho.com/…/jangan-menghina-dan-meremehkan-orang-…


diambil dari facebook: Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat


https://www.facebook.com/rumaysho/posts/10152437656521213

(disalin, tanpa pengutipan)

Minggu, 28 Desember 2014

teknik sipil angkatan 2010, Universitas Sriwijaya


Shalahuddin Al-Ayubi



Shalahuddin Al-Ayubi terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.




Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din Ibn Ayyub atau Saladin/salahadin (menurut lafal orang Barat) adalah salah satu pahlawan besar dalam tharikh (sejarah) Islam. Satu konsep dan budaya dari pahlawan perang ini adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya tahun, bermakna seperti pada istilah ulang tahun. Berbagai perayaan ulang tahun di kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah, meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Shalahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Shalahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Sholahuddin. Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Shalahuddin memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Shalahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Shalahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib). Namun mundurnya Sholahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memrovokasi muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah. Lebih buruk lagi Raynald mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Shalahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem di tahun 1187 pada perang Battle of Hattin, sekaligus mengeksekusi hukuman mati kepada Raynald dan menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Akhirnya seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun runtuh. Selain Jerusalem kota-kota lainnya pun ditaklukkan kecuali Tyres/Tyrus. Jatuhnya Jerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third Crusade.

Perang Salib Ketiga ini menurunkan Richard I of England ke medan perang di Battle of Arsuf. Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader merasa bisa menjungkalkan invincibilty Sholahuddin. Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan dipercaya.






Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun berikutnya Shalahuddin meninggal


dunia di Damaskus setelah Richard kembali ke Inggris. Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.






Data lengkap tentang King Salahudin Al-Ayubi
Memerintah 1174 M. – 4 Maret-1193 M.
Dinobatkan 1174 M.
Nama lengkap Yusuf Ayyubi
Lahir 1138 M. di Tikrit, Iraq
Meninggal 4 Maret-1193 M. di Damaskus, Syria
Dimakamkan Masjid Umayyah, Damaskus, Syria
Pendahulu Nuruddin Zengi
Pengganti Al-Aziz
Dinasti Ayyubid
Ayah Najmuddin Ayyub






Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin/salahadin mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.

Masa lalu memang tidak mudah pergi meskipun kita seperti tak ingin menengoknya. Bahkan di salah satu tembok Masjid Umayyah yang dulu adalah Katedral Yahya Pembaptis yang dipermak jadi masjid yang indah di tahun 700-an itu, seorang sejarawan masih menemukan sisa inskripsi ini: "Kerajaan-Mu, ya, Kristus, adalah kerajaan abadi...."

Tapi jika masa lalu tak mudah pergi, dari bagian manakah dari Saladin yang akan datang kepada kita kini? Dari ruang makamnya yang kusam, mitos apa yang akan kita teruskan? Kisah Saladin adalah kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita dahsyat bagaimana agama-agama telah menunjukkan kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan ilham pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan.

Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat maupun di Timur dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad ke- 12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah. Saladin merebut Jerusalem kembali di musim panas 1187. Tapi menjelang serbuan, ia beri kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan pasukannya dengan terhormat. Dan ketika pasukan Kristen itu akhirnya kalah juga, yang dilakukan Saladin bukanlah menjadikan penduduk Nasrani budak-budak. Saladin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam, meskipun dulu, di tahun 1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Jerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

"Anakku," konon begitulah pesan Sultan itu kepada anaknya, az-Zahir, menjelang wafat, "...Jangan tumpahkan darah... sebab darah yang terpercik tak akan tertidur."

Dalam hidupnya yang cuma 55 tahun, ikhtiar itulah yang tampaknya dilakukan Saladin. Meskipun tak selamanya ia tanpa cacat, meskipun ia tak jarang memerintahkan pembunuhan, kita toh tahu, bagaimana pemimpin pasukan Islam itu bersikap baik kepada Raja Richard Berhati Singa yang datang dari Inggris untuk mengalahkannya. Ketika Richard sakit dalam pertempuran, Saladin mengiriminya buah pir yang segar dingin dalam salju, dan juga seorang dokter. Lalu perdamaian pun ditandatangani, 1 September 1192, dan pesta diadakan dengan pelbagai pertandingan, dan orang Eropa takjub bagaimana agama Islam bisa melahirkan orang sebaik itu.

Kita sekarang juga mungkin takjub bagaimana masa lalu bisa melahirkan orang sebaik itu. Terutama ketika orang hanya mencoba menghidupkan kembali apa yang gagah berani dari abad ke- 12 tapi meredam apa yang sabar dan damai dari sebuah zaman yang penuh peperangan. Tapi pentingkah sebenarnya masa silam?

Dari makam telantar orang Kurdi yang besar itu, suatu hari di tahun 1970-an, saya kembali ke pusat Damaskus, lewat lorong bazar yang sibuk di depan Masjid Umayyah. Kota itu riuh, keriuhan yang mungkin tanpa sejarah.

l9 Januari 1991
(Goenawan Mohamad, Catatan Pinggir 4, Grafiti, 1995, h.
388-390)




Ref :

http://yulian.firdaus.or.id/
http://m0emets.blogspot.com/2007/11/salahudin-al-ayubi.html



http://kolom-biografi.blogspot.com/2009/02/biografi-salahudin-al-ayubi-1138-1193-m.html, 13 maret 2014, 21:05










(salinan asli, tanpa pengutipan)

Sabtu, 27 Desember 2014

macam-macam kaligrafi #2































7 Wasiat Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam kepada Sahabat Abu Dzar ra.



*** 7 Wasiat Nabi Muhammad Sholallohu 'Alaihi Wasallam kepada Sahabat Abu Dzar ***


Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata:

“Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal:


(1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka,


(2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku,


(3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku,


(4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah),


(5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit,


(6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada/di jalan Allah, dan


(7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.


(HR Ahmad 5: 159, Shahih)




https://www.facebook.com/KH.Abdullah.Gymnastiar?fref=nf


(tanpa mengalami pengutipan)

Contoh Analisis gambar menggunakan metode Maurice Barret yang dihubungkan dengan metode Diarmuit Larkin


3.1    Analisis

Tabel 1. Analisis gambar menggunakan metode Maurice Barret yang dihubungkan dengan metode Diarmuit Larkin

                 Metode
Maurice Barret



Metode
Diarmuit
Larkin
Konseptual
(pusat, perasaan, dan ide atau gagasan)
Operasional
(alat, bahan, dan media atau teknik)

Sintetik
(keterampilan, kesatuan, keseimbangan, proporsi, irama, dominasi, dan warna)

1.      Learning by seeing (belajar sambil melihat)
pada gambar 1
Pusat dari gambar berdasarkan pelajaran dari melihat yang terdapat pada gambar yaitu terdapat pada tampilan depan dari pemandangan ruang pameran; perasaan yang tersampaikan melalui belajar sambil melihat terdapat pada usaha menampilkan gambar sebaik mungkin seperti keadaan sebenarnya; ide yang terdapat dari belajar sambil melihat biasanya muncul seketika saat mata mendapatkan rangsangan visual yang menarik perhatian untuk digambar.
Pada proses belajar sambil melihat ini, alat dan bahan yang digunakan adalah persiapan sederhana, seperti drawing pen (alat), dan bahan menggunakan selembar kertas dari buku sketch book; teknik yang digunakan yang terdapat pada gambar merupakan drawing, berdasarkan belajar sambil melihat, teknik drawing dari ilustrator diuji
Keterampilan ilustrator dalam membuat gambar belum terlalu baik, karena masih banyak kekurangan terutama proporsi dan perspektif; Kesatuan yang terdapat pada gambar berdasarkan hasil belajar sambil melihat terdapat pada kemampuan drawing ilustrator untuk menampilkan ide yang divisualisasikan ke atas kertas, gambar yang dibuat menduplikasi keadaan visual tampilan sebenarnya; pada keseimbangan, gambar dibuat untuk memberikan kesan memusat pada tampilan ruang pameran di bagian depan di dekat pintu masuk; irama yang terdapat pada gambar terlihat pada arah dan gerakan gambar yang menampilkan sudut pandang dari samping dan mengecil ke belakang; proporsi yang dibuat pada gambar masih belum terlalu cukup sesuai, karena ada beberapa kesalahan ukuran yang dibuat pada gambar berdasarkan perbandingan tampilan sebenarnya; dominasi pada gambar adalah bentuk-bentuk geometris (objek-objek yang terdapat dalam display ruang pameran); warna tidak digunakan
2.      Learning by thinking (belajar sambil berpikir)
pada gambar 2
Pada belajar sambil berpikir, gambar memiliki pusat pada subjek gambar, yakni orang yang sedang diikat pada ke dua lengannya; perasaan yang ditampilkan ilustrator pada gambar adalah perasaan acuh, dingin, memiliki aura kebencian, memiliki karakteristik pembunuh, dan berjiwa ksatria; ide yang timbul berdasarkan hasil belajar dari pemikiran setelah menonton banyak jenis anime (kartun Jepang)
Pada proses belajar sambil berpikir, alat yang digunakan adalah berbagai macam pensil warna, pensil 2B, drawing pen, dan penghapus; bahan yang digunakan adalah selembar kertas dari sketch book; teknik yang digunakan ilustrator pada gambar adalah drawing yang dibuat meniru ilustrasi manga (komik Jepang), pewarnaan menggunakan teknik yang masih belum baik dan teratur, sebagian menggunakan alur membulat, dan sebagian lain mewarnai masih belum teratur
Keterampilan ilustrator dalam membuat gambar masih kurang baik, terutama dalam pembuatan proporsi dan perspektif; warna yang digunakan bervariasi, ilustrator masih belajar dalam menggunakan dan mencapurkan warna sehingga masih terlihat belum terlalu baik; kesatuan yang terdapat pada gambar dari hasil belajar sambil berpikir sudah cukup baik dalam hal menyatukan unsur seni dengan penerapan dari ide; keseimbangan gambar terdapat pada tampilan gambar yang memiliki nilai kehidupan; pada irama, gerak dan arah yang dibuat ilustrator pada gambar adalah diam dan searah; proporsi masih kurang baik dalam pembuatan tangan kiri; dominasi terdapat pada subjek gambar, yaitu pada tokoh fiktif yang lebih jelas dan di-close up
3.      Learning by feeling (belajar sambil merasakan)
pada gambar 3
Berdasarkan belajar sambil merasakan, pusat gambar hanya terletak pada tampilan tokoh fiktif Gumiho; perasaan sangat disampaikan oleh ilustrator pada gambar, yaitu gambar merupakan ekspresi visual dari ilustrator terhadap tokoh Gumiho yang cantik dan anggun yang dibuat dalam bentuk gaya manga (komik jepang); ide timbul dari hasil menonton drama fantasi dari Korea Selatan yang berjudul “My Girl Friend is Gumiho
Alat dan bahan yang digunakan adalah drawing pen, berbagai macam pensil warna, dan selembar kertas dari sketch book; teknik drawing yang digunakan ilustrator masih kurang baik, terdapat pada pembuatan proporsi yang kurang tepat dalam menggunakan gaya manga
Keterampilan ilustrator dalam membuat gambar hasil belajar sambil merasakan masih kurang baik karena kekurangan masih banyak terdapat pada gambar, salah satunya pada proporsi; warna yag diberikan bervariasi, pemberian warna masih kurang baik karena belum teratur; kesatuan yang terdapat pada gambar terlihat dari usaha ilustrator menampilkan gambar animasi dengan menggunakan unsur seni yang cukup baik; keseimbangan gambar terdapat pada gambar yang dibuat dengan ekspresi bahagia (walau tidak terlalu terlihat) dan anggun; irama yang terdapat pada gambar adalah diam dan berdiri tegak; proporsi masih dirasa kurang baik dalam pembuatan bahu dan leher; dominasi pada gambar adalah bentuk manga yang tidak realis, tetapi tetap memenuhi unsur keindahan
4.      Learning by doing (belajar sambil melakukan)
pada gambar 4
Pusat gambar terdapat hanya pada subjek gambar; perasaan yang disampaikan adalah sesuai dari foto yang dicoba ilustrasi untuk dibuat ke dalam gambar di atas kertas, yaitu perasaan senang dari dalam foto; ide yang terdapat pada gambar hanya berasal dari teman ilustrator yang memesan sebuah foto untuk digambar
Alat dan bahan yang digunakan ilustrator yaitu pensil 2B, 3B, dan 6B, dan penghapus, serta selembar kertas HVS ukuran A4; teknik drawing yang digunakan ilustrator masih kurang baik, karena proporsi masih belum terlalu sesuai
Pada gambar hasil belajar sambil melakukan, ilustrator mencoba menampilkan kesan bukan pada belajar sambil melihat, melainkan belajar sambil melakukan, karena pada gambar, penulis berusaha untuk mempertajam dan mengasah kemampuan drawing realis; warna tidak digunakan (hanya menggunakan efek warna pensil); kesatuan yang ditampilkan pada gambar sudah cukup baik berdasarkan visualisasi ide yang diterapkan pada unsur seni seperti garis dan sebagainya; keseimbangan yang ditampilkan adalah gambar yang dibentuk seolah hidup (realis); irama yang ditampilkan pada gambar adalah diam dan tegak teratur; proporsi masih kurang tepat yang dilihat dari jarak antara hidung ke mulut, dan mulut ke arah bawah dagu; dominasi pada gambar terdapat pada ekspresi subjek gambar yang mencerminkan sedang bahagia





M. D. Frisandly Melsi. Pengantar Pendidikan Seni Rupa: Analisis Gambar Sendiri Menggunakan Metode Maurice Barrett Yang Dihubungkan Dengan Metode Diarmuit Larkin. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2013.

macam-macam kaligrafi #1